kabardigoel.com : Perayaan Ibadah Syukuran dan KKR Bersama ASN , masyarakat di pelataran kantor Bupati Kabupaten Boven Digoel, yang dilaksanakan ,pada hari Jumat ( 21/1/2022 ) ,disertai dengan acara bakar batu , menuai kontroversi ditengah masyarakat asli Boven Digoel,dimana budaya bakar batu, tidak mencerminkan ciri khas budaya 5 suku besar masyarakat asli Boven Digoel.
Tokoh Pemuda Boven Digoel, dan selaku ketua KNPI ,turunan Pimpinan Haris Pratama Marthen Luter Wambarop, pada wartawan menuturkan ,upaya untuk mempersatukan seluruh masyarakat dari berbagai suku yang ada di Boven Digoel bersama ASN merupakan langkah tepat di lakukan pemerintah dan pemuda pun mengapresiasi kegiatan ini.
Tetapi di lain sisi, memasukan acara bakar batu pada kegiatan itu,sangat disayangkan oleh pemuda ,tokoh adat,dan masyarakat asli Boven Digoel, mereka merasa tersinggung ,bahwa adat budaya ciri khas dari kelima suku asli Boven Digoel tidak di tonjolkan dalam acara tersebut,seperti Awon jog, sagu Sep,atau sagu bungkus, hal inilah yang menurut pemuda dan masyarakat telah mencedarai adat budaya orang Boven Digoel.
” Kami sebagai pemuda di Boven Digoel,sangat mengapresiasi langkah yang di ambil pemerintah untuk diawal tahun dengan kebersamaan melalui ucapan syukur kepada Tuhan, itu suatu hal yang luar biasa, namun ,kami sayangkan di balik rasa syukur itu, ada yang mencoreng hati dan perasaan kami orang yang memilik hak tunggal daerah ini, kami merasa tidak di hargai adat istiadat kami oleh pemerintah, kenapa demikian, ya karena pada acara syukuran itu, dilangsungkan acara bakar batu, yang sesungguhnya itu bukan budaya dan tradisi kami orang Boven Digoel ,dari 5 suku besar yang ada, adat budaya dan tradisi kami masyarakat Boven Digoel yang diturunkan oleh tete, nenek moyang, tulang belulang , leluhur kami itu, yakni Awon Jog, Sagu sep, atau sagu bungkus itu tradisi kami, jadi kegiatan bakar batu yang di selenggarakan Pemkab Boven Digoel sudah melanggar adat istiadat kami atau dengan kata lain tidak menghargai budaya dan tradisi kami orang Boven Digoel yang mempunya hak tunggal dengan tanah kami ini.” Tutur Marthen Luter Wambarop.
Atas kejadian ini, pemerintah Boven Digoel diminta agar memohon maaf pada seluruh masyarakat asli Boven Digoel dengan apa yang sudah terjadi, selain itu, pada seluruh tokoh adat masyarakat ,pemuda dan perempuan yang ada di Boven Digoel,kejadian yang sudah terjadi ,merupakan pembelajaran bagi semua, agar jati diri ,adat budaya masyarakat Boven Digoel, harus di junjung tinggi , pemerintah pun harus menghargai budaya masyarakat yang mempunyai hak kesulungan di atas tanah Boven Digoel, jika acara bakar batu dilaksanakan setidaknya tradisi masyarakat asli Boven Digoel dari 5 suku yang ada harus di jalankan juga, sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial di atas tanahnya sendiri.
” Ya ,kami sebagai anak tanah di Boven Digoel ini, sangat kecewa dan kami merasa tidak dihargai budaya kami oleh pemkab Boven Digoel,dengan acara bakar batu itu, kalaupun bakar batu itu di buat, ya, adat budaya kami dan tradisi kami dari lima suku besar di buatkan juga lah ,apalagi ini di buat di kantor bupati yang menjadi tempat sakral bagi kami sebagai pusat pelayanan pemerintah ,terkait hal ini pemerintah harus meminta maaf pada masyarakat asli Boven Digoel yang memiliki hak kesulungan atas tanah kami ini dan leluhur kami orang Boven Digoel.” Pungkasnya.
Dengan rangkaian yang terjadi tersebut, selaku ketua KNPI Boven Digoel , Ia mengajak siapa pun pemimpin yang bekerja di wilayah Boven Digoel ,untuk menghargai adat istiadat masyarakat setempat, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial di tengah masyarakat.