kabardigoel.com: Sebagai ucapan syukur atas keberhasilan sang anak, dalam keluarga besar Patrisius Dado, keluarga besar Ine Ebu, Flores NTT di Tanah Merah Boven Digoel, melaksanakan misa Syukur Tabisan Imamat RD Florianus Ifan Dhendi.
Walaupun rangkaian kegiatan, syukuran imamat sudah di laksanakan di kampung kelahirannya di Nangaroro, kabupaten Nagekeo, Flores NTT, setahun yang lalu, kegiatan yang sama pun kembali dilaksanakan oleh sang adik dari bapak sang pastor yang berada di tanah perantauan hal ini sebagai satu ungkapan kegembiraan bagi keluarga jika dalam keluarga tersebut ada yang terpanggil untuk menjadi seorang imam melayani banyak orang.

Pastor Ifan, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Kristo Dhendi dan ibu almarhumah Maria Nggua, Ia terpanggil menjadi seorang imam, berawal dari kisah yang dilihatnya secara langsung ketika kelompok doa mama – mama Legio Maria Paroki Ela Nusa Ende Lio, yang sudah lanjut usia tetap semangat memberikan pelayanannya kepada gereja, walaupun sederhana membersihkan gereja, kelompok doa ini kompak dalam pelayanannya, hal inilah yang menginspirasinya untuk memulai menjernihkan niatnya terpanggil menjadi sang pemimpin umat katolik diwilayahnya.
“Ya sedikit cerita, saya masuk seminari waktu itu di tahun 2006, dan dari tahun 2006 hingga saya praktek untuk menjadi seorang frater tahun pertama kala itu, saya masih dengan motifasi yang sangat dangkal, untuk menjadi pelayan Tuhan, ya kalau di bilang saat itu saya hanya ikut rame saja, takut nanti saya keluar dari seminari, namun dalam perjalan di suatu masa, saya top di tahun 2018 pertengahan, mungkin Tuhan punya cara ya, saya harus ambil itu melalui, satu peristiwa yang saya bisa bilang sederhana, dimana ketika itu, saya menyaksikan langsung bagaimana mama – mama Legio Maria yang sudah tua sekali, bahkan jalan saja sudah agak bungkuk, mereka sepertinya dengan penuh semangat membersihkan gereja dan mereka hadir semua, jadi saya langsung berpikir ini mungkin sudah menjadi suatu motifasi hidup saya untuk di panggil menjadi seorang imam, dimana mama – mama saja yang usianya sudah tua sekali mau melaksanakan pelayanan yang paling sederhana, dari situlah saya termotivasi dan saya teguhkan niat saya, saya disadarkan bahwa saya harus mengambil jalan panggilan ini, bahwa banyak umat yang membutuhkan akan pelayanan dari seorang Imam.” Ungkap pastor Dhendi, Rabu ( 24/01/2024 ).

Di balik kisahnya tersebut dan hadirnya di wilayah selatan Papua khususnya di Boven Digoel, tentunya ingin mengajak pada keluarga katolik, lebih khusus buat masyarakat asli Papua Boven Digoel, agar dapat mendidik dan memasrahkan anak mereka untuk masuk seminari, dan jika dalam panggilan hidupnya Tuhan berkehendak menjadi pastor untuk melayani umat itu menjadi pilihan Tuhan, jika itupun tidak terpanggil setidaknya Tuhan akan membimbing menjadi orang katolik yang baik.